Halaman ini akan tertutup secara otomatis setelah meng-klik salahsatu link diatas
Terimakasih!

Pacu 15 Anakan dengan Sinar Matahari

Reanita, yang berwarna dominan merah, memang sulit beranak. 'Jangankan keluar anakan, membuatnya bertahan hidup saja butuh perlakuan ekstra,' kata Songgo, kolektor di Cengkareng, Jakarta Barat. Itu karena aglaonema yang daunnya dominan merah jumlah klorofilnya sedikit sehingga laju fotosintesis rendah.

Songgo merangsang reanita beranak dengan cara tak lazim. Ia mengangkat pot reanita ke halaman dan membiarkan terpapar sinar matahari langsung selama 4 jam sehari. Penjemuran dilakukan pada pukul 08.00-12.00 WIB. Keruan saja warna merah reanita pudar, tapi 4 anakan muncul 2 bulan berselang. Dengan cara sama Songgo merangsang sexy pink beranak 15. Tiara, 6-8 anak. Gatot Purwoko, kolektor di Ciputat, Tangerang, sukses memunculkan 11 anakan adelia setelah meniru cara Songgo.

Dijemur? Ya, teknik ala Songgo membalikkan anggapan umum aglaonema harus selalu ternaungi untuk bertahan hidup. Itu karena habitat asli aglaonema di lantai hutan yang basah dan terlindung tajuk pohon besar. Menurut Songgo penjemuran berbahaya bila serampangan. Daun bisa gosong karena terbakar sinar matahari. Untuk mengatasinya Songgo menyemprotkan air ke seluruh bagian tanaman di saat daun terasa panas saat diraba.

Fotosintesis meningkat
Menurut Ir Edhi Sandra MS, pakar fisiologi tumbuhan dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, aglaonema yang terpapar sinar matahari langsung mengalami peningkatan laju fotosintesis. 'Karenanya metabolisme sel juga meningkat. Terutama bila diimbangi air dan hara yang cukup,' katanya. Semprotan air saat daun terasa panas mengimbangi tanaman agar tidak kehilangan air.

Tanpa penyemprotan maka laju transpirasi (penguapan dari jaringan tanaman, red) lebih tinggi ketimbang jumlah air pada jaringan dan media, sehingga tanaman layu atau terbakar. Daun aglaonema juga bisa terbakar bila ada butiran air di daun yang tidak merata. 'Terjadi efek (kaca pembesar) pada butiran air. Sinar matahari yang jatuh pada butiran air terkumpul pada 1 titik sehingga membakar daun,' kata Edhi. Toh, menurutnya cahaya matahari pagi tak membahayakan aglaonema.

Di saat metabolisme meningkat itulah terjadi penumpukan makanan di seluruh bagian tanaman dibanding kondisi biasa. Kecepatan dinding sel untuk mengeras pun lebih cepat karena proses pembentukan lignin meningkat. Di saat terjadi akumulasi makanan, sementara pertumbuhan daun baru lambat, maka energi beralih merangsang tunas anakan. Makanya jumlah anakan bisa berlipat-lipat.

Hati-hati
Namun, hati-hati penjemuran tak bisa diterapkan pada semua jenis aglaonema. Pengalaman Edward Ekajoyo, kolektor di Cengkareng, Jakarta Barat, hanya aglaonema lokal (silangan rotundum dan commutatum tricolor, red) yang sanggup bertahan saat dijemur. Sri rejeki asal Thailand yang dominan turunan cochin dan cawang tidak tahan dijemur.

Menurut Edhi daya tahan aglaonema terhadap paparan sinar matahari dipengaruhi 2 faktor: genetik dan struktur jaringan tanaman. Yang disebut pertama sangat jelas, aglaonema silangan Greg-seperti tiara, adelia, dan sexy pink-jauh lebih tahan karena sang induk, commutatum tricolor bandel dan tahan sengatan matahari. Itu bila dibandingkan aglaonema asal Thailand yang berdarah cochin. Indukan cochin mudah lemas bila terkena sinar matahari.

Edhi menambahkan, struktur jaringan tanaman yang paling berpengaruh pada paparan daya tahan sinar matahari langsung ialah jumlah stomata dan kekuatan jaringan penguat yaitu jaringan kolenkhim dan sklerenkhim. Untuk membuktikan, Trubus memotret jumlah stomata dan jaringan penguat adelia dan turunan cochin dengan kamera mikroskopis pembesaran 50 dan 300 kali.

Terlihat jumlah stomata adelia jauh lebih banyak ketimbang cochin. Pada luasan sama jumlah stomata adelia 2 kali lipat ketimbang turunan cochin. Menurut Edhi jumlah stomata berbanding lurus dengan kekuatan tanaman mendukung laju transpirasi dan respirasi yang cepat akibat sinar matahari.

Jaringan kolenkhim dan sklerenkhim adelia pun lebih tebal dibanding cochin. Jaringan penguat yang letaknya dekat kortek itu mengokohkan tangkai. Semakin tebal jaringan itu, kian kokoh aglaonema. Fakta itu kian meyakinkan Songgo untuk memperbanyak aglaonema dengan dijemur di bawah matahari langsung. (Destika Cahyana/Peliput: Rosy Nur Apriyanti dan Utami Kartika Putri)

http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=1753

CARA MENANAM ATAU BUDIDAYA STRAWBERRY


PENDAHULUAN
Prospek agribisnis strowberry di Indonesia cukup cerah dilihat dari daya serap pasar dan permintaan dunia dari tahun ke tahun meningkat.
Dengan semangat ramah lingkungan PT. Natural Nusantara berperan dalam meningkatkan Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian terhadap lingkungan pada budidaya strowberi ini.

SYARAT PERTUMBUHAN
Lama penyinaran matahari 8 - 10 jam hari. Curah hujan berkisar 600 700 mm pertahun. Suhu udara optimum antara 17°C - 20°C dan suhu udara minimum antara 4°C - 5°C dengan kelembaban udara 80% - 90%.Ketinggian tempat yang ideal antara 1000-2000 m dpl

PENGOLAHAN LAHAN
Sebelum lahan dibajak digenangi air lebih dahulu semalam. Keesokan harinya dilakukan pembajakan sedalam sekitar 30 cm, setelah itu tanah dilakukan pengeringan baru dihaluskan.

PEMBENTUKAN BEDENGAN
Bentuk bedengan dengan ukuran lebar 80-120 cm, tinggi 30 - 40 cm, jarak antar bedengan 60 cm, panjang menyesuaikan keadaan lahan.

PENGAPURAN
Berikan dolomit sekitar 100-200 kg per 1000 m2 sesuai kondisi lahan.

PEMUPUKAN DASAR
Taburkan pupuk UREA 20 kg + TSP 25 kg + KCl 10 kg dan Pupuk kandang 2-3 ton dalam 1000 m2. POC NASA disiramkan 30-60 tutup/1000 m2 ditambahkan air secukupnya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, POC NASA diganti SUPERNASA caranya yaitu 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter sebagai larutan induk, kemudian ambil 50 liter air dan tambahkan 200 cc larutan induk tadi.Setelah itu siramkan ke bedengan secara merata. 1 botol SUPERNASA bisa untuk 1000-2000 m2

PEMBERIAN NATURAL GLIO
Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur utamanya penyakit layu tebarkan Natural GLIO yang telah dicampur dengan pupuk kandang dan didiamkan selama seminggu. 1 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-30 kg pupuk kandang untuk luasan sekitar 1000 m2.

PEMASANGAN MULSA
Pemasangan mulsa plastik pada saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga dapat tepat menutup bedengan dengan tepat.

PEMBUATAN LUBANG TANAM
Diameter lubang ± 10 cm, dengan jarak lubang 30 - 50 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat.

CARA PENANAMAN
Pindahkan bibit beserta medianya, sebaiknya bibit dikondisikan selama sebulan sebelum tanam di kebun,dan saat penanaman usahakan perakaran tidak rusak saat membuka polibag.

PENYULAMAN
Penyulaman paling lambat 15-30 hari setelah tanam, pada sore hari dan segera disiram.

PENYIANGAN
Penyiangan dilakukan pada gulma/ rumput liar yang menyaingi kehidupan tanaman

PEMANGKASAN
Dilakukan pada sulur yang kurang produktif, rimbun, serta pada bunga pertama untuk memperoleh buah yang prima.

PEMUPUKAN SUSULAN
Pupuk diberikan pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam dengan NPK (16-16-16) sebanyak 5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air, kemudian dikocorkan sebanyak 350-500 cc/ tanaman.

PENGGUNAAN POC NASA + HORMONIK
Semprotkan (3-4 tutup POC NASA) + (1-2 tutup HORMONIK) per-tangki 14 liter setelah 2 bulan dengan interval 7-10 hari sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
H A M A

a. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Bagian yang diserang : permukaan daun bagian bawah, kuncup bunga, pucuk atau batang muda. Gejala : pucuk atau daun keriput, keriting, kadang-kadang pembentukan daun atau buah terhambat. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR.

b. TUNGAU (Tetranychus sp -Tarsonemus sp)
Bagian yang diserang: daun,tangkai, dan buah. Gejala :daun bercak kuning, coklat, keriting akhirnya daun rontok. Pencegahan PENTANA + AERO 810 atau NATURAL BVR.

c. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Othiorhychus rugosostriatus), kumbang penggerek batang (O. Sulcatus)
Gejala serangan : adanya bubuk berupa tepung pada bagian yang digereknya. Pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

PENYAKIT
a. Layu verticillium (Verticillium dahliae)
Bagian yang diserang: mulai dari akar, daun, hingga tanaman. Gejala : daun yang terinfeksi mula-mula berwarna kuning hingga kecoklatan, serangan berat akan mengakibatkan kematian pada tanaman. Pengendalian : perbaikan drainase, sanitasi kebun, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

b. Busuk buah matang/Ripe Fruit Rot (Colletotrichum fragariae Brook) Busuk Rhizopus/ Rhizopus spot ( Rhizopus stolonifer )
Bagian yang diserang : buah. Gejala : RFR yang khas hanya pada buah yang masak saja dengan buah busuk disertai massa spora berwarna merah jambu. Pada RS, buah busuk lunak, berair, bila dipijit keluar cairan keruh.
Pengendalian : musnahkan buah yang terinfeksi, perbaiki drainase kebun, pemulsaan, rotasi tanaman, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman yang dicampur dengan pupuk kandang yang telah jadi.

c. Busuk akar ( Idriella lunata, Pythium ulmatum, Rhizoctonia solani)
Bagian yang diserang : akar tanaman. Gejala : Idriella menyebabkan ujung-ujung akar tanaman berwarna hitam dan busuk, sedangkanPhytium mengakibatkan batang batas akar di permukaan tanah busuk berwarna coklat hingga hitam. Sementara jamur Rhizoctonia mengakibatkan sistem perakaran busuk kebasah-basahan.
Pengendalian : cabut dan musnahkan tanaman yang terserang berat, tambahkan kapur untuk tanah, lakukan rotasi tanaman, perbaikan drainase tanaman, berikan Natural GLIO pada awal penanaman.

d. Empulur merah (Phytophtora fragrariae)
Bagian yang diserang : perakaran tanaman. Gejala : tanaman kerdil, daun tudak segar bahkan dapat layu, bila diamati akar dan pangkal batang yang terinfeksi pada empulurnya akan tampak berwarna merah.Penyakit ini mengakibatkan serangan hebat pada kondisi drainase jelek dan masam/pH rendah.
Pengendalian : perbaiki drainase, pengapuran tanah, rotasi tanaman, gunakan bibit yang sehat dan hindari luka mekanis pada pemeliharaan, musnahkan tanaman yang terinfeksi berat, campurkan Natural GLIO pada awal penanaman.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PANEN
Tanaman stroberi mulai berbunga pada umur 2 bulan setelah tanam. Namun pembuahan atau pembungaan pertama sebaiknya dibuang atau dipangkas karena belum bisa berproduksi secara optimum. Setelah tanaman berumur 4 bulan mulai diarahkan untuk lebih produktif berbunga dan berbuah.Panen dilakukan dengan dipetik atau digunting bagian tangkai buah beserta kelopaknya, dan dilakukan secara periodik dua kali seminggu.

CARA MENANAM GINSENG


I. PENDAHULUAN
Trend 'back to nature' pada industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman ringan, telah memacu peningkatan permintaan ginseng. Tingginya permintaan tersebut perlu diimbangi dengan teknologi budidaya tanaman yang memenuhi aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian) seperti yang telah diterapkan PT. NATURAL NUSANTARA.

II. SYARAT TUMBUH
- Diutamakan di lahan terbuka. Tanah gembur, kandungan bahan organik tinggi, aerasi dan drainase baik.
- Keasaman (pH) tanah 5,5 - 7,2.
- Curah hujan 1000 - 2500 mm/th.
- Suhu berkisar 20ºC - 33ºC.
- Kelembaban 70% - 90%.
- Ketinggian tempat berkisar 0 - 1.600 dpl.

III. PENGOLAHAN TANAH

  • Siapkan Natural GLIO (10 kemasan /ha) dicampur pupuk kandang matang (25-50 kg/kemasan). Simpan dalam karung terbuka selama 1-2 minggu.
  • Tebarkan dolomite / kapur pertanian (2-4 ton/ha) pada lahan yang masih terbuka paling lambat 2 minggu sebelum tanam.
  • Luku dan garu segera setelah dolomit disebarkan. Diamkan sekitar 1 minggu.
  • Buat bedengan membujur arah timur-barat, lebar bedengan 100-120 cm, tinggi 40-60 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm. Diamkan sekitar 1 minggu.
  • Buat parit mengelilingi lahan lebar 40-50 cm, kedalaman 50-60 cm.
  • Setelah 1 minggu, gemburkan permukaan bedengan secukupnya.
  • Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata pada permukaan tanah.
  • Tambahkan pupuk kandang matang 20-40 ton/ha merata pada permukaan bedengan. Jika tidak ada pupuk kandang, penggunaan POP SUPERNASA, POC NASA dan HORMONIK dapat menggantikannya
  • Siapkan larutan induk POP SUPERNASA (1 botol/3 liter air), aduk hingga larut. Dosis POP SUPERNASA 5 botol/ha jika pakai pupuk kandang sesuai dosis anjuran atau 10 botol/ha jika tidak pakai pupuk kandang. Dari larutan induk POP SUPERNASA 3000 cc atau 3 liter, diambil 200 - 300 cc dicampur dengan 0,25 kg NPK majemuk lalu dilarutkan atau diencerkan dalam 50 liter air.
  • Dari hasil 50 liter tersebut siramkan pada permukaan bedengan, caranya pakai gembor 10 liter / ± 8 m panjang bedengan. Atau 200 - 300 cc/lubang tanam.
  • Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata di permukaan bedengan. Atau dalam setiap lubang tanam.

IV. PEMBIBITAN DAN PENANAMAN


  • Diutamakan pakai bibit dari setek batang.
  • Gunakanlah induk tanaman sehat, tidak terindikasi gejala serangan hama dan penyakit, umur tidak terlalu muda dan terlalu tua, segar dan tidak layu, warna cerah/mengkilap.
  • Bibit hasil setek diistirahatkan/disimpan di tempat lembab selama 2 - 4 hari.
  • Sebelum tanam, pangkal bibit dipotong miring ± 45º menggunakan pisau tajam dan bersih.
  • Pangkal bibit direndam 20-30 menit dalam larutan POC NASA (1-2 ttp) + HORMONIK (0,5-1 ttp) + 1-2 sendok makan Natural GLIO per 10 liter air.
  • Bibit dikeringanginkan ± 1-2 jam.
  • Penanaman dilakukan sore hari, jarak tanam 50 x 60 cm atau 60 x 70 cm.

V. PEMELIHARAAN TANAMAN
Penyiraman
Pemberian air tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan. Usia 0 - 21 hst (hari setelah tanam) disiram tiap hari secukupnya. Sejak usia ±100 hst penyiraman dikurangi atau dihentikan.

Penyulaman
Jika diperlukan, hingga 15 hst.

Pemupukan susulan:
Pengocoran larutan pupuk : NPK majemuk 0,25 kg + 50 liter air. Berikan 200-300 cc/lubang tanam setiap 2 minggu sekali hingga usia 100 hst.
Penyemprotan pupuk lewat daun dilakukan 1 minggu sekali hingga 100 hst, pakai 3 - 5 tutup POC NASA + 1-2 tutup HORMONIK dalam tangki 14 atau 17 liter.

Penyiangan, pendangiran dan pembumbunan
Dilakukan bersamaan setiap 2 minggu sekali terutama pada usia 14 - 65 hst.

Perempelan I
Pada 20 hst disisakan 2-3 batang utama. Perempelan selanjutnya adalah perempelan tunas ketiak daun setiap 2 minggu sekali hingga usia 65 hst.

VI. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
4.1. Hama
4.1.1. Bekicot

Biasanya aktif pada malam hari, dan perlu diwaspadai keberadaannya. Pengendalian dengan cara dikumpulkan dan dimusnahkan.

4.1.2. Ulat
Banyak jenis ulat yang menyerang pada ginseng terutama ulat grayak (Spodoptera sp.), Ulat penggulung daun (Lamprosema sp.), dan ulat jenis lainnya. Pengendalian dengan cara mematikan ulat, semprot Vitura atau Pestona dan alternative terakhir dengan Insektisida kimia.

4.1.3. Uret/Lundi
Hama ini menyerang akar bahkan bisa ke umbi sehingga tanaman lama kelamaan bisa layu dan akhirnya mati. Pada saat tanam bisa ditaburkan insektisida granular di sekeliling tanaman

4.2. Penyakit
4.2.1. Penyakit Busuk Leher Batang

Penyebabnya jamur Phytium sp. atau Sclerotium sp. Biasanya di awal tanam ginseng mengalami pembusukan yang disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan. Leher batang atau pangkal batang tampak berwarna kelabu atau kecoklatan, lunak kebasahan dan melekuk ke dalam. Jamur ini dapat menjalar ke bagian umbi, lama-kelamaan daun tampak layu. Pengendalian dengan cara pengaturan drainase, kebun tidak becek dan tidak lembab. Sejak awal sebelum tanam gunakan Natural GLIO.

4.2.2. Penyakit Busuk Umbi
Penyebabnya jamur Phythopthora sp. Gejalanya daun yang mulanya hijau berubah menjadi kuning. Lama kelamaan menjalar hingga menyebabkan kematian. Bila tanaman dicabut pada pangkal umbi/batang tampak bulu-bulu putih yang kemudian berubah menjadi bulat-bulatan dan akhirnya berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pengendalian gunakan Natural GLIO sebelum tanam, jaga kelembaban tanah dan alternative terakhir dengan fungisida sistemik

4.2.3. Penyakit Layu
Bisa disebabkan jamur Fusarium sp. atau bakteri Pseudomonas sp. Tetapi kebanyakan disebabkan oleh jamur Fusarium. Mulanya tulang daun menguning, kemudian menjalar ke tangkai daun dan akhirnya daun menjadi layu. Pengendalian dengan cara sebarkan Natural GLIO sebelum tanam dan celupkan stek sebelum tanam ke dalam POC NASA dicampur Natural GLIO.

VII. PANEN

  • Tanaman Ginseng dipanen umur 4 - 5 bulan tergantung pertumbuhan dan keadaan umbi. Cirinya; batang semula hijau berubah merah, daun menguning dan mulai rontok, berbunga dan mengeluarkan biji, umbi bila didangir sudah cukup besar (diameter diatas 1 cm).
  • Pemanenan pada pagi hari saat kondisi cerah, tidak hujan dan daun tidak berembun lagi, tanah kering.
  • Umbi dipanen sekaligus dengan menggunakan garpu tanah untuk menggemburkan permukaan tanah.
  • Sebelum umbi dicabut pangkal batang tanaman dipangkas dan dipisahkan dari batang serta daunnya. Pencabutan umbi harus dilakukan hati-hati, jangan sampai umbinya putus dan tertinggal dalam tanah. Umbi yang telah dicabut dibersihkan dan dibawa ke tempat teduh untuk penyortiran.

CARA BERTANAM KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
PT. NASA berusaha berperan meningkatkan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan ( Aspek K - 3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam

Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama

a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit

  • Penyakit layu atau “Omo Wedang”
    Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
  • Penyakit sapu setan
    Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
  • Penyakit Bercak Daun
    Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
  • Penyakit Gapong
    Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
  • Penyakit Sclerotium
    Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam


  • Penyakit Karat
    Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

    Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

CARA MENANAM BAWANG MERAH


BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.

A. PRA TANAM

1. Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C

2. Pengolahan Tanah
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. '

3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 - 7 hari

4. Pemilihan Bibit
- Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam

Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.

2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali
( dosis per 1000 m2 ) :
- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.

4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman

D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.

Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.

Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO

Penyakit oleh virus.
- Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri.
- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

2. Pengelolaan Tanaman
- Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.

- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

2. Pasca Panen
- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

CARA MENANAM TEBU


PENDAHULUAN
Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat dulu Indonesia pernah mengalami masa kejayaan sebagai pengekspor gula sebelum perang. Bisakah masa keemasan ini terulang kembali?
Untuk itu PT. Natural Nusantara berusaha ikut serta mengembalikan masa kejayaan melalui peningkatan produksi tebu baik secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (aspek K-3).

SYARAT TUMBUH
Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.

JENIS - JENIS TEBU
Jenis tebu yang sering ditanam POY 3016, P.S. 30, P.S. 41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132, B.Z. 62, dll.

PEMBUKAAN KEBUN
Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik
Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm; dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm; dalam 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan mengontrol tanaman.
Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got - got malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standar juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek kedua serta rapi.
Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus)

TURUN TANAH/KEBRUK
Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar tanah. Tebalnya tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah + 10 cm. di musim kemarau terik tebal + 15 - 20 cm.

PERSIAPAN TANAM
- Lakukan seleksi bibit di luar kebun
- Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000 per ha.
- Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.
- Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus.

CARA TANAM
1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.

2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman + 1 cm.

3. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.

WAKTU TANAM
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

PENYIRAMAN
Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.

PENYULAMAN
1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.
2. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan.
3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan
4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan
5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2

PEMBUMBUNAN TANAH
> Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 - 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
> Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.
> Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

GARPU MUKA GULUD
Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.

KLENTEK
Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang.

TEBU ROBOH
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros - ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun - rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.

PEMUPUKAN

  1. Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha
  2. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas juringan dosis ± 1 - 2 botol/1000 m² dengan cara :
    Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram juringan.
    Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPERNASA untuk menyiram 5 - 10 meter juringan.
  3. Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di samping kanan rumpun tebu
  4. Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 - 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.
  5. Untuk mendapatkan rendemen dan produksi tebu tinggi, semprot POC NASA dosis 4 - 6 tutup dicampur HORMONIK 1 - 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan 3 bulan

HAMA DAN PENYAKIT

  1. Hama Penggerek Pucuk dan batang
    Biasanya menyerang mulai umur 3 - 5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA / Natural BVR
  2. Hama Tikus
    Kendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu
  3. Penyakit Fusarium Pokkahbung
    Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari daun ke batang. Penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO + 2 sendok makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada daun-daun muda setiap minggu, pengembusan tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5 )
  4. Penyakit Dongkelan
    Penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar ke dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.
  5. Penyakit Nanas
    Disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa. Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas, terdapat warna merah yang bercampur dengan warna hitam dan menyebarkan bau seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.
  6. Penyakit Blendok
    Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas albilincans Mula-mula muncul pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam. Daun-daun klorotis akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA selama 50 menit kemudian dijemur sinar matahari. Gunakan Natural GLIO sejak awal sebelum tanam untuk melokalisir serangan.

RENDEMEN TEBU
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang.
Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %.

TEBU KEPRASAN

  • Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD).
  • Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras , sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak - petak tebu secara berurutan. Setelah dikepras siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas). Lima hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan rumput - rumput.
  • Lakukan penyemprotan POC NASA dan HORMONIK pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis seperti di atas.Pemeliharaan selanjutnya sama dengan tanam tebu pertama.

CARA BERTANAM CABAI MERAH

A. PENDAHULUAN
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll.
PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas.

B. FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan
  • Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
  • Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
  • Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
  • Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
  • Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
  • Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk.
  • Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
  • NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.
  • Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
  • Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).

2. Benih

  • Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
  • Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)

1. Persiapan Persemaian
· Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
· Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

2. Penyemaian
· Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
· Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
· Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit
a. Penyakit
· Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
· Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
· Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.

b. H a m a
· Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
· Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
· Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip

D. FASE TANAM

1. Pemilihan Bibit
· Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
· Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)

2. Cara Tanam
· Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
· Plastik polibag dilepas
· Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama
  • Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI
  • Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),
    Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA.
  • Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)

  • Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.
  • Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang.


3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki.

4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr.

5. Pengamatan Hama dan Penyakit

  • Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
  • Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
  • Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO
  • Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.
  • Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha
  • Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah tanaman.

F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN

1. Pemanenan
· Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
· Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
· Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen :
· Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
· Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
· Penyortiran dilakukan sejak di lahan
· Simpan ditempat yang teduh

3. Pengamatan Hama & Penyakit
· Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak

Powered by Blogger.