Halaman ini akan tertutup secara otomatis setelah meng-klik salahsatu link diatas
Terimakasih!

BUDIDAYA BUAH NAGA


Pembudidayaan buah naga untuk usaha produksi dilakukan dikebun. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal tentu saja harus dengan persiapan yang matang, perawatan yang baik dan penanggulangan gangguan penyakit yang tepat. Berikut ini kegiatan pembudidayaan diulas secara lengkap :

Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah faktor penting yang harus diperhatikan agar tanaman buah naga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Perakaran buah naga memerlukan tanah yang gembur karena perakarannya merayap dipermukaan tanah, apabila tanah terlalu keras atau liat, akar tidak bisa tumbuh baik pada tanah.

Sebelum digemburkan sebaiknya tanah dibersihkan dari gulma dan rerumputan untuk menghindari penyakit. Setelah itu tanah digemburkan dengan mencangkul sedalam satu cangkulan dengan dibolak-balik. Setelah itu dibuat lubang-lubang tanam sesuai dengan cara tanamnya apakah menggunakan system panjatan tunggal atau sistem kelompok

Pada sistem panjatan tunggal pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar lubang tanam saja, berbeda dengan sistem kelompok pengolahan tanah dilakukan pada seluruh alur barisan tempat penanaman.

Media tanam untuk panjatan tunggal menggunakan campuran tanah galian diberi pasir sekitar 5 kg, bubuk bata merah 5 kg, pupuk kandang kering 10 kg dan dolomit 300 g kemudian dicampur sampai merata.

Pada model sistem tanam berkelompok untuk setiap alur sepanjang 4 m media tanamnya yaitu pasir 8 kg, pupuk kandang 20 kg dan bisa ditambahkan bubuk bata merah sebanyak 10 kg apabila tanah terlalu porous. Jika tidak menggunakan bubuk bata merah , jumlah pupuk kandang ditambahkan 10 kg lagi jadi total 30 kg. Ditambah dolomit yang mengandung magnesium sebanyak 600g. Bahan-bahan tersebut dicampur merata pada tanah galian.

Setelah penyiapan media tanam selesai kemudian disiram dan biarkan terkena matahari sampai kering. Pengeringan ini bertujuan agar tanah terbebas dari racun dan penguapan lain.

Sistem Pengairan
Untuk sistem pengairan pada lahan disesuaikan dengan kondisi lahan, system cara tanamnya, dan pengadaan sumber air yang ada disekitar lahan. Bisa menggunakan cara pengairan tradisional yaitu system leb yaitu menggunakan parit sedalam 20 cm yang dibuat disekitar barisan tanaman. Atau juga bisa menggunakan system pengairan pipa yang dibuat sedemikian rupa untuk mengalirkan air pada seluruh tanaman.

Penanaman Pada Lahan
Penanaman bibit lahan tanam yang harus diperhatikan adalah kedalaman yang terlalu dalam malah akan menghambat pertumbuhannya. Kedalaman penanaman adalah 20% dari panjang bibit. Misal bibit yang mau ditanam berukuran panjang 50-80 cm maka kedalamannya sekitar 10-15 cm. Sebelum ditanam sebaiknya bibit setek diolesi Ridomil sebanyak 40 g yang dicampur dengan 1 liter air untuk mencegah kebusukan pada pangkal batang setek.

CARA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT

Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3), agar petani dapat berkompetisi di era perdagangan bebas.

FASE PRA TANAM
Syarat Tumbuh
  • Tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi
  • Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 - 6
  • Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian.
  • Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman

Pola Tanam

  • Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan kacang-kacangan
  • Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad pengganggu

Penyiapan Lahan

  • Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang .
  • Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua minggu
  • Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam
  • Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal
  • Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air.
  • Berikan pupuk dasar 4 kg Urea /ZA + 7,5 kg TSP + 4 kg KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan dengan tanah
  • Atau jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg / 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di atas bedengan.
  • Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata diatas bedengan dosis 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika diganti SUPER NASA (dosis ± 1-2 botol/1000 m2 ) dengan cara :
    - alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
    - alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan
    - Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang (+ 1 minggu) merata di atas bedengan pada sore hari
    - Jika pakai Mulsa plastik, tutup bedengan pada siang hari
    - Biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam
    - Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm

Pemilihan Bibit

  • Pilih varietas tahan dan jenis Hybryda ( F1 Hybryd )
  • Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke lapangan
  • Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab)

FASE PERSEMAIAN (0-30 HSS)

  • Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 - 30 kg + Natural GLIO (1:1)
  • Masukkan dalam polibag plastik atau contongan daun pisang atau kelapa
  • Sebarlah benih secara merata atau masukkan satu per satu dalam polibag
  • Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam bumbunan daun pisang atau dikepeli yang berisi campuran media tanam
  • Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)
  • Penyemprotan POC NASA pada umur 10 dan 17 hari dengan dosis 2 tutup/tangki

FASE TANAM ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam )

  • Bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu
  • Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6
  • Penanaman sore hari
  • Buka polibag plastik
  • Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di sekitarnya
  • Selesai penanaman langsung disiram dengan POC NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air
  • Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO lalu bibit ditanam
  • Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit
  • Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada serangan semprot dengan Natural VITURA
  • Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot Natural GLIO dicampur gula pasir perbandingan 1:1. Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci ( Aphis sp.), Kutu persik (Myzus sp.) dan tungau (Tetranichus sp.) dengan menyemprot Natural BVR atau Pestona secara bergantian
  • Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat

FASE VEGETATIF ( 15-30 HST)

  • Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman
  • Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan air
  • Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air.
  • Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm).
  • Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan
  • Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari
  • Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan, penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam
  • Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) setiap 7 hari sekali.
  • Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak.
  • Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.

FASE GENERATIF (30 - 80 HST)

Pengelolaan Tanaman

  • Jika tanpa mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari
  • Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-tunas tidak produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang utama / tanaman
  • Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting, sedangkan tanaman yang tingginya terbatas perempelan harus hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel sehingga tanaman tidak terlalu pendek
  • Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah
  • Semprotkan POC NASA dan HORMONIK setiap 7-10 hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA dan 1-2 tutup HORMONIK/tangki. - Agar tidak mudah hilang oleh air hujan dan merata tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

Pengamatan Hama dan Penyakit

  • Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan PESTONA
  • Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. - - Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur insektisida)
  • Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes). Jika ada serangan semprot dengan Natural GLIO
  • Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami (PESTONA, GLIO, VITURA) belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
  • Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.

FASE PANEN & PASCA PANEN (80 - 130 HST)

  • Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh
  • Interval pemetikan 2-3 hari sekali.
  • Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang
  • Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting
  • Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan
  • Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi.

MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN CABE


Pendahuluan

Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika.
Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu.

PELUANG BISNISDengan semakin meningkatnya kebutuhan cabe baik untuk rumah tangga maupun industri dan sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan industri olahan, maka, peluang pengembangan usaha agribisnis cabe sangat terbuka luas.
Usaha peningkatan produksi cabe yang sekaligus meningkatkan pendapatan petani, dapat dilakukan sejak budidaya sampai penanganan pasca panen yang baik dan benar. Salah satu langkah terpenting dalam perbaikan teknik budidaya adalah pemilihan varietas cabai hibrida yang akan dibudidayakan.

RAGAM CABE & VARIETAS
Saat ini telah banyak benih cabe hibrida yang beredar di pasaran dengan nama varietas yang beraneka ragam dengan berbagai keunggulan yang dimiliki. PT. TANINDO SUBUR PRIMA sebagai salah satu perusahaan Agribisnis, telah merilis beberapa varietas cabe hibrida besar dan keriting. Cabe hibrida besar yang dirilis PT. TANINDO SUBUR PRIMA adalah Jet set, Arimbi, Buana 07, Somrak, Elegance 081, Horison 2089, Imperial 308 dan Emerald 2078. Dan untuk cabe hibrida keriting diantaranya, Papirus, CTH 01, Kunthi 01, Sigma, Flash 03, Princess 06 dan Helix 036. Dan untuk cabe rawit hibrida adalah Discovery.

SYARAT TUMBUH TANAMAN CABE
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA CABE
Dalam pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman lapangan yang memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kebutuhan pasar.
Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambahkan nutrisi berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak 80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap 3 ember campuran bahan tersebut.
Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9 cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah yang telah terisi media.
Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan tinggi 20 – 50 cm dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat dibuat dengan model ½ lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup mendapatkan sinar matahari sehingga tidak mengalami etiolasi.
Langkah selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5 lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory dengan kosentrasi 3 gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida.
Media digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga kelembaban media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4 sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai yang disiram terlebih dahulu
Setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan, semprot persemaian dengan fungisida Starmyl 25WP dan Victory 80WP secara bergantian dengan konsentrasi 0,5 gram / liter. Untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot dengan insektisida winder 100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter.
Persemaian juga dapat dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa diperam terlebih dahulu.

PENGOLAH TANAH
Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per Hektar.
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.
Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengukuran pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram / meter persegi tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton / Ha atau ½ sampai 1 zak untuk 10 meter panjang bedengan.
Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton / hektar.
Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas. Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak.. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas.

TEKNIK PENANAMANJarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.
Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan .
Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.
Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam
Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam.
Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang tanam.

PEMELIHARAAN TANAMANSetelah tanaman berumur 7 – 14 hst , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian.
Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe.
Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.
Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hst.

PEMUPUKAN SUSULAN
Untuk memacu pertumbuhan tanaman, dianjurkan untuk melakukan pengocoran mulai umur 7 sampai 60 hst dengan NPK Grand S-15 konsentrasi 7 gram per liter sebanyak 250 cc pertanaman dengan interval 7 hari . Setiap pengulangan pengocoran konsentrasi pupuk dinaikkan 2 gram per liter. Pada saat tanaman berumur 30 hst, pemupukan susulan pertama dilakukan dengan memberikan campuran pupuk NPK Grand S-15 150 kg/Ha dan Urea 40 Kg/Ha. Pemupukan dilakukan dengan cara melubangai mulsa dan menugal pada sisi tanaman dengan jarak 15 cm.
Selain tanaman dikocor, dianjurkan juga disemprot dengan pupuk daun Mamigro Super N atau NPK spesial atau dengan Gardena D dengan konsentrasi 2 – 5 gram / liter air mulai umur 7 sampai 30 hst dengan interval pemberian 7 – 15 hari.
Pupuk susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 40 hst dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 300 kg / Ha.
Pada saat tanaman berumur 50 hst, pupuk susulan ke tiga dilakukan dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 350 kg/Ha. Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, dianjurkan untuk dilakukan penyemprotan dengan pupuk daun Mamigro Super P atau NPK Spesial, Gardena B atau dengan Pupuk Mikro Fitomic . Konsentrasi untuk Fitomic adalah 1,5 – 2,5 cc / liter dengan interval pemberian 10 – 15 hari.
Pemupukan susulan ke empat dilakukan saat tanaman berumur 60 hst. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 200 Kg/Ha.

PENGAIRAN
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara menggenangi atau leb. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE
Hama yang sering menyerang tanaman cabe adalah : • Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon • Thrips • Ulat grayak atau Spodoptera litura • Lalat buah atau Dacus verugenius • Aphids hijau /kutu daun • Tungau / mite • Nematode puru akar
Ulat Tanah dengan nama latin Agrotis ipsilon, biasa menyerang tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan konsentrasi 0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter sehari sebelum pindah tanam.
Ulat grayak pada tanaman cabe biasa menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Untuk tindakan pengendalian dianjurkan menyemprot pada sore atau malam hari dengan insektisida biologi TurexWP bergantian dengan insektisida Raydok 28ec atau insektisida Direct 25ec.
Lalat buah gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan kalau dibelah biji cabe berwarna coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan membuat perangkap dengan sexferomon atau dengan penyemprotan insektisida Winder 100EC dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 cc per liter bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter atau dengan insektisida Cyrotex 75sp dengan konsentrasi 0,3-0,6 g/liter.
Hama Tungau atau mite menyerang tanaman cabe hingga daun berwarna kemerahan, menggulung ke atas, menebal akhirnya rontok. Untuk penengendalian dan pencegahan semprot dengan akarisida Samite 135EC dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 ml / liter air bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Tanaman yang terserang hama thrips, bunga akan mengering dan rontok. Sedangkan apabila menyerang bagian daun pada daun terdapat bercak keperakan dan menggulung. Jika daun terserang aphids, daun akan menggulung kedalam, keriting, menguning dan rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian lakukan penyemprotan dengan insektisida Winder 25 WP dengan konsentrasi 100 – 200 gr / 500 liter air / ha atau dengan Winder 100EC 125 – 200 ml / 500 liter air / Ha bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyerang daerah perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain itu kerusakan akibat nematode dapat memudahkan bakteri masuk dan mengakibatkan layu bakteri. Pencegahan yang efektif adalah dengan menanam varietas cabe yang tahan terhadap nematode dan melakukan penggiliran tanaman. Dan apabila lahan yang ditanami merupakan daerah endemi, pemberian nematisida dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan.
Penyakit yang sering menyerang tanaman cabe diantaranya adalah • Rebah semai • Layu Fusarium • Layu bakteri • Antraknose / patek • Busuk Phytophthora • Bercak daun Cercospora •
Penyakit VirusPenyakit anthracnose buah. Gejala awalnya adalah kulit buah akan tampak mengkilap, selanjutnya akan timbul bercak hitam yang kemudian meluas dan akhirnya membusuk. Untuk pengendaliannya semprot dengan fungisida Kocide 54 WDG dengan konsentrasi 1 sampai 2 g / l air bergantian dengan fungisida Victory 80wp dengan konsentrasi 1 – 2 g / liter air.

Penyakit busuk Phytopthora gejalanya adalah bagian tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan lama kelamaan membusuk. Penyakit ini dapat menyerang tanaman cabe pada bagian daun, batang maupun buah. Pengendaliannya adalah dengan menyemprot fungisida Kocide 77 wp dengan dosis 1,5 – 3 kg / Ha bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentarsi 2 sampai 4 gram / liter dicampur dengan fungisida sistemik Starmyl 25 wp dengan dosis 0,8 – 1 g / liter

Rebah semai ( dumping off ) . Penyakit ini biasanya menyerang tanaman saat dipersemaian. Jamur penyebabnya adalah Phytium sp. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan perlakuan benih dengan Saromyl 35SD dan menyemprot fungisida sistemik Starmyl 25WP saat dipersemaian dan saat pindah tanam dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 gram / liter.

Penyakit layu fusarium dan layu bakteri pada tanaman cabe biasanya mulai menyerang tanaman saat fase generatif. Untuk mencegahnya dianjurkan penyiraman Kocide 77WP pada lubang tanam dengan konsentrasi 5 gram / liter / lima tanaman, mulai saat tanaman menjelang berbunga dengan interval 10 sampai 14 hari.

Penyakit bercak daun cabe disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici. Gejalanya berupa bercak bercincin, berwarna putih pada tengahnya dan coklat kehitaman pada tepinya. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menyemprot fungisida Kocide 54WDG konsentrasi 1,5 sampai 3 gram / liter bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentrasi 2 sampai 4 gram / liter dengan interval 7 hari.

Penyakit mozaik virus.
Saat ini belum ada pestisida yang mampu mengendalikan penyakit mozaik virus ini. Dan sebagai tindakan pencegahan dapat dilakukan pengendalian terhadap hewan pembawa virus tersebut yaitu aphids.
Untuk pencegahan serangan hama penyakit, gunakan benih cabe hibrida yang tahan terhadap serangan hama penyakit dan yang telah diberi perlakuan pestisida. Apabila terjadi serangan atau untuk tujuan pencegahan lakukan aplikasi pestisida sesuai OPT yang menyerang atau sesuai petunjuk petugas penyuluh lapang.

PANEN
Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.

PASCA PANEN CABEHasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar .
Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport.
Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar.
Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan.

MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN LADA


PENDAHULUAN
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan(Aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
- Suhu udara 200C - 34 0C.
- Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH.
- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

Media Tanam
- Subur dan kaya bahan organik
- Tidak tergenang atau terlalu kering
- pH tanah 5,5-7,0
- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
- Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Pembibitan
- Terjamin kemurnian jenis bibitnya
- Berasal dari pohon induk yang sehat
- Bebas dari hama dan penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)

Pengolahan Media Tanam
a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian :
  • Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
  • Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
  • Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
  • Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.

Teknik Penanaman

  • Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.
  • Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.
  • Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
  • Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.

Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.

  • Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur NATURAL GLIO.
  • Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar :
    - NPK 20 gram/tanaman
    - Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
  • Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :
    - Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
    - Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
    - Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

Pemeliharaan Tanaman

  • Pengikatan Sulur Panjat
    Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.
  • Penyiangan dan Pembumbunan
    Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
  • Perempalan
    Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:
    Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.
    Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
    Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.
  • Pengairan dan Penyiraman
    Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.
  • Pemberian Mulsa
    Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.
  • Penggunaan Tajar ( Ajir)
    Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m.

Hama dan Penyakit
Hama

  • Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
    Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTONA.
  • Hama bunga
    Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.
  • Hama buah
    Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.
  • Penyakit
    a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
    Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

    b. Penyakit kuning
    Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

    Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Panen

  • Ciri dan Umur Panen
    Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
  • Cara Panen
    Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
  • Periode Panen
    Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan.

MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN MENTIMUN





PENDAHULUAN


Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).





SYARAT PERTUMBUHAN


Iklim

Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 - 26,7)°C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 - 1.200 mdpl.



Media Tanam

Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.



PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Pembibitan
  • Siapkan Natural GLIO dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu.
  • Siapkan tanah halus dan pukan dapat diganti SUPERNASA / POC NASA yang telah dicampur Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan masukkan polybag.
  • Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.
  • Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag sedalam 0,5-1 cm.
  • Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari.
  • Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.
  • Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.
Pengolahan Media Tanam

  • Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.
  • Berikan kalsit/dolomit (pH tanah >
  • Tanah dibajak/dicangkul 30-35cm sambil membalikkan tanah dan biarkan 2 minggu.
  • Olah kembali tanah sambil membuat bedengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 30 cm.
  • Tambahkan pupuk kandang 20-30 ton/ha atau 0,5 kg pupuk kandang ke setiap lubang tanam 40 x 40 x 40 cm.
  • Berikan pupuk NPK 100 kg/ha (1/3 dari dosis keseluruhan).
  • Siramkan POP SUPERNASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol/1000 m² dengan cara :

    Alternatif 1 : 1 botol POP SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.

    Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan POP SUPERNASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
  • Pasang mulsa. Dan 1 minggu kemudian buat lubang tanam.
  • Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dengan pukan pada setiap lubang tanam (1 kemasan + 25-50 kg pukan matang untuk 1000 m2).
Penanaman





  • Siram bibit dalam polibag dengan air
  • Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
  • Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.
Pemeliharaan Tanaman





  • Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik.
  • Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).
  • Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman.
  • Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.
  • Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.
Hama dan Penyakit





Hama

  • Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).

    Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.
  • Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

    Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.
  • Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

    Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk. Pengendalian : Natural METILAT.
  • Kutu daun (Aphis gossypii Clover)

    Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA
Penyakit

  • Busuk daun (Downy mildew)

    Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 - 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
  • Penyakit tepung (Powdery mildew )

    Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
  • Antraknose

    Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
  • Bercak daun bersudut

    Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
  • Virus

    Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.
  • Kudis (Scab)

    Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
  • Busuk buah

    Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 - 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
Panen

  • Ciri dan Umur Panen

    Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.
  • Cara Panen

    Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
  • Periode Panen

    Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.


CARA MENANAM TERONG


Deskripsi
Terung (Solanum melongena) merupakan tanaman setahun berjenis perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-90 cm. Daun tanaman ini lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga yang sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga.

Manfaat
Buah terung sudah sangat dikenal masyarakat dan banyak digunakan sebagai lalap (sayuran segar) atau disayur. Hal ini disebabkan oleh rasa buah terung yang enak dan banyak mengandung vitamin.

Syarat Tumbuh
Terung sangat mudah dibiakkan karena ia dapat hidup di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi sekitar 1.200 m dpl. Namun demikian, tanah itu harus memiliki cukup banyak kandungan bahan organik dan berdrainase baik. Selain itu, pH tanah harus berkisar antara 5-6 agar pertumbuhannya optimal.

Pedoman Budidaya
BENIH DAN PERSEMAIAN Benih terung sebaiknya disemaikan dulu sebelum ditanam pada lahan yang tetap. Pembuatan bedengan dan cara penyemaian terung tidaklah berbeda seperti perlakuan pada tomat. Hanya saja kebutuhan benih terung berbeda dengan benih tomat. Untuk lahan seluas 1 ha, diperlukan 500 g benih terung dengan daya kecambah 75070. Bibit terung berada di persemaian hingga berumur kurang lebih 1,5 bulan atau kira-kira telah berdaun empat helai. Setelah itu bibit terung sudah siap untuk dipindahkan di lahan penanaman.


PENANAMAN Lahan penanaman disiapkan dan diolah terlebih dahulu, kemudian di bentuk bedengan. Bedengan dibuat selebar antara 1,2 – 1,4 cm dan panjang sesuai lahan. Kemudian bedengan dibuatkan lubang tanam masing-masing berjarak sekitar 60 cm. Jarak antarbarisan lubang tanam 70-80 cm. Setiap bedengan memuat dua barisan tanaman. Di antara bedengan, haruslah dibuat parit yang berfungsi sebagai jalan dan pembuangan air saat musim hujan. Hal ini penting dilakukan karena terung tidak tahan genangan air. Selanjutnya setiap lubang tanam diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5-1 kg agar tanah cukup mengandung bahan organik. Setelah lahan disiapkan, sebaiknya bibit yang telah siap tanam dimasukkan secara tegak lurus ke dalam lubang tanam. Kemudian di sekitar lubang tanam disirami air agar tanah cukup lembap, tetapi tidak sampai tergenang.

Pemeliharaan
Setelah tanam, penyiraman dilakukan kembali setiap 3 hari sekali hingga saat berbunga. Ketika masa berbunga, penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Namun, apabila penanaman dilakukan pada daerah kering, maka penyiraman dapat dilakukan lebih sering agar tanaman tidak layu kekeringan. Pemupukan pada terung dilakukan tiga kali, yaitu sebagai pupuk dasar, susulan I, dan susulan II. Pupuk dasar diberikan saat tanah mulai diolah, pupuk susulan I diberikan 7 -14 hari sesudah tanam, dan pupuk susulan II diberikan saat tanaman mulai berbunga. Dosis pemupukan bervariasi untuk setiap jenis terung dan jenis tanahnya, lihat pada Tabel berikut.


WAKTU DAN DOSIS PEMUPUKAN TERUNG No Jenis pupuk Total Pupuk Dasar Pupuk susulan I II 1. Pupuk kandang 15 ton 15 ton 2. Urea 300 kg 100 kg 100 kg 100 kg 3. TSP 200 kg 200 kg 4. KCI 200 kg 200 kg Sumber : Rush Hukum, kk.,1990. Pemeliharaan selanjutnya seperti penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun, bila dirasa perlu, penyiangan dan pendangiran dapat dilakukan lebih sering. Tanaman terung memerlukan penyangga agar cabang lateralnya tidak raboh terkena angin atau hujan. Ajir dapat dibuat dari bambu atau kawat setinggi 60-90 cm.

Hama dan Penyakit

HAMA APHIS (KUTU DAUN) Serangan hama ini ditandai dengan mengerutnya daun karena mengering. Daunnya berwarna kuning. Pemberantasannya umumnya dilakukan dengan Basudin 40 WP dan Bayrusi125 EC. Tungau (Tetranychus) Serangan hama ini ditandai dengan pertumbuhan tanaman terung menjadi abnormal. Daun pucuk atau tunas yang terserang berubah menjadi keriput dan berwarna kuning. Hama ini menyerang daun dan cabang muda dengan cara mengisap cairan dalam jaringan tanaman. Pengendalian serangan dilakukan dengan menggunakan larutan Kalthene 0,2 %, Dimetoate (Rogor, Roxixon) 0,1 % atau larutan Sumithion 1:1.000 (18 cc dalam 15 liter air).

PENYAKIT KARAT DAUN Serangan penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak kuning (blight) dan kanker pada daun maupun -tanaman. Penyebabnya adalah Phomopsis vexans (Sacc & Syd) Harter atau Diaphote vexans Gratz. Penyakit ini sulit diberantas. Untuk itu, sebaiknya pada awal penanaman digunakan Dithane M-45 berkonsentrasi 0,2-0,3 %.

BUSUK AKAR Serangan penyakit ini ditandai dengan warna daun menjadi lebih hijau, lalu menjadi kuning, dan akhirnya mati. Penyebabnya adalah cendawan Yerticilium alboatrum yang menyerang akar dan pembuluh pada jaringan tanaman. Pencegahan serangan selanjutnya dengan menggunakan Dithane M-45 (0,2-0,3 %). Sebenarnya penyakit ini dapat dikendalikan dengan perlakuan tanah, antara lain fumigasi, drainase yang baik, dan rotasi tanaman.

Panen dan Pasca Panen

Umur terung yang dapat dipanen tergantung dari varietas yang ditanam. Namun, secara umum terung dapat dipanen sekitar 4 bulan atau 90 hari sejak semai. Selanjutnya selang seminggu sekali, buah terung dapat dipanen 6-7 kali. Dalam pemanenan, diperhitungkan pula lama pengangkutan sampai ke tangan konsumen. Sebaiknya terung yang dipetik adalah buah muda yang bijinya belum keras dan daging buahnya belum liat. Apabila pengangkutan memerlukan waktu lama, maka sebaiknya terung dipetik sebelum masak, tapi sudah tampak bernas (berisi). Waktu panen sebaiknya dilakukan saat pagi hari atau sore hari. Hindari waktu panen saat terik matahari karena dapat mengganggu tanaman dan membuat kulit terung menjadi keriput (kering) sehingga menurunkan kualitas.

CARA BUDIDAYA RUMPUT LAUT


Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan akhir - akhir ini.

Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.


Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.

Kandungan Rumput Laut


Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

ManfaatRumput Laut

  • Agar - agar
    Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.

    Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging.
  • Keraginan
    Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%.
    Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

  • Algin (Alginat)
    Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air.
    Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut


Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 - 50 cm dari permukaan air.

Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh bagian tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan pemupukan selama budidaya. Untuk membantu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam TON (Tambak Organik Nusantara).

TON (Tambak Organik Nusantara), mengandung segala bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut. Baik menyediakan unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena akan menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON, logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk menunjang ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 - 280 C

Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh TON, maka kualitas dan kuantitas bahan - bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat.

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa - senyawa dan unsur - unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa - senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan makanan, akan sangat berbahaya bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk mereduksi senyawa-senyawa dan unsur - unsur berbahaya tersebut.


Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara)


Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan menekankan pada budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas dibedakan dalam beberapa metode, yaitu :


  • Metode Lepas Dasar
    Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput laut pada tali - tali yang dipatok secara berjajar - jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 - 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.
  • Metode Rakit
    Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali - tali yang diikatkan di patok - patok dalam posisi seperti melayang di tengah - tengah kedalaman perairan.

  • Metode Tali Gantung
    Jika dua metode di atas posisi bibit - bibit rumput laut dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit - bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali - tali yang disusun berjajar.

Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika TON diaplikasikan di perairan akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode perendaman bibit dilakukan dengan cara :

  1. Larutkan TON dalam air laut yang ditempatkan dalam wadah .

  2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 - 10 gr) TON dan tambahkan 1 - 2 cc Hormonik.

  3. Rendam selama 4 - 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut :

  1. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran.

  2. Tambak dikeringkan dahulu.

  3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 - 2 ton per-hektar tergantung kondisi keasaman lahan).

  4. Diamkan selama 1 minggu.

  5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 - 5 botol per-hektar (untuk daerah - daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak.

  6. Diamkan 1 hari

  7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.

  8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 - 100 gram/m2.

  9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.

  10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.

Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Nusantara) susulan.

Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan minimal 1 - 2 minggu setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul di areal tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.

Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang - goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut. Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit tanaman. Tumbuhan - tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang harus dicegah agar tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

Pemanenan

Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.

Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang - cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.

Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 - 2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30 - 100 %.

Coleus Hibrida: Idola Sejak Era Victoria


Banyak jenis coleus asal Indonesia dikembangbiakan komersial di Amerika dan Eropa sejak zaman Victoria. Disilangkan antar jenis hingga menghasilkan hibrida, baru kembali ke Indonesia. Demikian diungkapkan Benny Tjia PhD, di nurseri Mj Flora, Bogor. Di kebunnya tengah dibudidayakan sekitar 20 jenis coleus untuk dipasarkan sebagaitanaman lanskap dan pot plant. Coleus dalam taksonomi lebih sering disebut sebagai Solenostemon. Sedangkan nama dagangnya adalah coleus atau miana.


Coleus yang mula-mula diperkenalkan sebagai tanaman hias adalah the flame nettle (S. scutellarioides) yang berasal dari Jawa. Tanaman ini ditemukan oleh Karl Ludwig Blume pada abad-19 masa pendudukan Belanda di Indonesia. Untuk menghormati jasanya, Solenostemon scutellarioides Ini lebih terkenal dengan sebutan Coleus blumei. Darijawo kemudian diperke-nalkan ke Eropa pada pertengahan tahun 1 820 pada era Victoria. RatuVictoria ini mengubah tren taman yang awalnya tidak tertata menjadi sebuah taman yang indah dengan sistem penataan khusus. Coleus men-jadi tanaman favorit pada masa itu karena siapapun bisa menanamnya. Dalam waktu 3 bulan dan bisa ditanam di dataran rendah hingga tinggi. Tumbuhan ini suka matahari langsung dan bisa hidup di lokasi ternaungi.

LANSKAP FAVORIT

Karena mudah dan indah, setiap clang ingin menanam coleus. Awalnya satu tanaman, kemudian dua, lima dan seterusnya. Jika Anda ingin menambah koleksi coleus dari jenis yang sama, Anda tinggal memotong bagian dari batang coleus (setek). Gardenerdi Amerika menumbuhkon setek coleus pada gelas yang diisi dengan air. Setelah tumbuh akar baru dipindahkan ke kebun. Kalau di Indonesia kebanyakan setek langsung ditanam di penyemaian hingga tumbuh akar. Semaian ditanam pada tanah gembur yang dicampur dengan kompos. Agar kelembapan terjaga, perlu disungkup dengan plastik. Disiram hingga tumbuh akar dan daun baru. Baru kemudian di-tanam di tanah atau di pot.

Selain itu, bisa juga dengan biji yang ditaburkan ke media. Biji coleus dihasilkan oleh bunga yang tangkainya panjang. Pada masing - masing tangkai terdapat kelopak cekung yang menyerupai mahkota bunga. Sedangkan bunganya yang asli menyembul dari dalam kelopak bunga bulat tersebut. Mahkota bunga melengkung berwarna putih dan ungu tergantung jenisnya. Bunga hanya mekar sehari, ukurannya seki-tar setengah sentimeter.

Biji berbentuk serbuk berwarna hitam mengilap seperti biji bayam. Satu tangkai bunga bisa menghasil-kan puluhan hingga ratusan biji. Untuk coleus hibrida bijinya tidak banyak, bahkan terkadang tidak ada. Coleus hibrida terus dihasilkan setiap saat di Eropa maupun Amerika yang menyebabkan kesulitan untuk menelusuri induknya. Penamaan-nyapun tidak sistematis sehingga bisa jadi jenis tanaman yang sama namanya beragam. Bahkan tidak mudah membedakan jenis yang hi-brida dan spesies. Para ahli tanaman menyepakati untuk menyebut silangan coleus sebagai coleus x hibridus. Jadi yang umum Anda temui di nurseri kebanyakan memang coleus hibrida. Untuk beberapa jenis, benihnya impor dari Florida. "Ini tanaman sini - sini saja," ujarnya menunjukkan coleus spesies yang diperoleh dari sekitarBogor.

Nah, Anda bisa berbagi setekan coleus yang cantik ini kepada teman Anda. Dijamin, tetangga akan ngiri melihat keindahan hamparan coleus. *

Teks/Foto: Titik Kartitiani Koleksi : Ml Flora, Bogor

Ragam coleus hibrida


RED HURRICANE,

"Orang Amerika menyukainya," terang Benny. Susunan daunnya melingkar - lingkar nampak unik. Warnanya merah menyala dan hijau muda.



GREEN HURRICANE

Bentuknya soma, melingkar yang diidentikkan dengan angin ribut. Warnanya domian hijau ditambah sedikit warna kuning.








BLACK NIGHT

Bentuknya masih mirip Hurricane, hanya warnanya tidak solid. terdapat warna ungu gelop yang berupa garis - garis tidak teratur. Warna dasar hijau.




BUTTERFLY

Pinggiran daun bergelombang dengan helaian yang panjang. Terdapat blok warna merah tua yang kontas dengan warna dasar daun.

KIWI FERN

Bentuk daunnya seperti daun paku jfern~, bergelombang di bagian tepi. Tiap helai daunnya seakan pecah membentuk helaian daun yang lebih kecil.




BARRET

Terdapat blok warna merah ma-run, kuning don ungu kehitaman. Blok - blok warna ini mengingatkan pada seragam tentARA






SUMBER :

Powered by Blogger.